10. Kazuyoshi Miura (Jepang)
Pemain yang akrab disapa ‘Kazu’ ini mungkin boleh berbangga diri karena menjadi pemain Jepang pertama yang bisa tampil salah satu kompetisi papan atas Eropa Serie A. Tapi, untuk penampilan di Piala Dunia, dia terpaksa harus tunduk kepada Hidetoshi Nakata yang sudah merasakan tiga kali turun di perhelatan megah itu pada 1998, 2002 dan 2006.
Saat Jepang menjadi tuan rumah bersama Korea Selatan di Piala Dunia 2002, Miura tidak turut serta karena dua tahun sebelumnya sudah menyatakan mundur dari Timnas. Penyerang betinggi badan 177cm itu merupakan salah satu topskor sepanjang masa di skuad tim Negeri Matahari Terbit dengan mengoleksi 56 gol dari 91 kali penampilan.
9. Liam Brady (Republik Irelandia)
Menjadi pemain sukses di pada tahun 80-an, Brady tidak pernah menjajakkan kakinya di Piala Dunia. Dia mungkin berada di era yang salah, karena pada masa-masa tersebut Boys in Green tercatat sama sekali tidak pernah lolos ke sebuah turnamen besar.
Brady yang kini menjabat sebagai asisten pelatih Irlandia, dulunya adalah geladang andalan Arsenal dan Juventus. Selama berada di Turin dia berhasil mempersembahkan dua gelar scudetto. Brady resmi mundur dari dunia sepakbola pada tahun 1990.
8. Jari Litmanen (Finlandia)
Litmanen adalah pemain terhebat yang pernah dimiliki Finlandia. Meskipun usainya sudah hampir mendekati kepala empat, pemain berjuluk Merlin ini masih aktif sebagai pemain di Timnas negaranya.
Momen kejayaan Litmanen adalah ketika dia berhasil mengantarkan Ajax Amterdam dua kali melaju ke final Liga Champions 1995 dan 1996. Di Amsterdam Arena namanya disandingkan dengan duo legenda Marco van Basten dan Johan Cruyff.
Sayang torehan fantastis Litmanen di level klub tidak diikuti dengan kesuksesan karir Timnas. Dia selalu gagal mengantarkan Finlandia lolos ke Piala Dunia.
7. Eric Cantona (Prancis)
Cerita kontoversi mewarnai kisah muram karir Cantona di ajang Piala Dunia. Dua kali berjuang di babak kualifikasi dia selalu gagal mengantarkan Les Bleus maju ke putaran final.
Cantona yang terkenal urakan, punya banyak pengalaman buruk di timnas. Pertama, ketika dirinya bertikai dengan pelatih Henri Michel, sementara yang kedua adalah larang tampil di berbagai event sebagai hukuman insiden tendangan ‘kung-fu’ pada 1995.
Bertolak belakang dengan nasibnya di skuad Prancis, Cantona mendapat sanjungan setinggi langit di klubnya Manchester United. Sembilan gelar (4 Premier League, 2 FA Cup dan 3 Charity Sheild) berhasil disumbangkanya buat The Red Devils selama kurun waktu 1992 hingga 1997.
6. Valentino Mazzola (Italia)
Nasib tragis menyebabkan ayahanda dari lengenda Italia Sandro Mazzola ini tidak pernah ikut di Piala Dunia. Ya, dia merupakan salah satu korban kecelakan pesawat yang menimpa seluruh awak Torino pada tahun 1949 silam.
Mazzolla adalah salah satu pemain tersukses di eranya. Sejak tampil pertama kali buat Venezia pada 1939 hingga akhir hanyat, dia sudah berhasil mencetak 130 gol ditambah empat torehanya buat Gli azzurri.
5. Bernd Schuster (Jerman Barat)
Schuster gagal tampil di Piala Dunia karena memilih pensiun dini (usia 24 tahun) dari Timnas. Padahal, dia baru melakoni 22 laga bersama tim Panzer.
Alasan Schuster atas keputusan mencenggangkannya tersebut adalah karena terjadi silang pendapat antara klub yang mengontraknya ketika itu (Barcelona) dengan pihak Jerman Barat.
Sebelum pensiun, Schuster sempat membawa Jerman Barat keluar sebagai juara Euro 1980 di Italia.
4. Ryan Giggs (Wales)
Siapa tidak kenal pemain satu ini? Berbagai sukses telah diraihnya bersama Manchester United. Mulai dari gelar domestik, Liga Champions sampai Piala Dunia antar klub, semua pernah mampir ke tangan Giggs.
Tak ada gading yang tak retak. Ungkapan tersebut rupanya berlaku bagi pemain yang akrab disapa Giggsy ini. Ya, dia tidak pernah mencatatkan caps penampilan di putaran final Piala Dunia.
3. George Weah (Liberia)
Mantan pemain terbaik dunia 1995 ini hanya tinggal selangkah lagi mencetak rekor penampilan di Piala Dunia. Pada 2002, Weah nyaris mengantarkan Liberia memijak Jepang dan Korea Selatan. Di klasemen akhir babak peyisihan grup, Liberia hanya terpaut satu poin dengan Kamerun.
Hasrat Weah untuk turun di Piala Dunia sangatlah besar. Bayangkan, dia sampai rela merogoh kocek pribadi demi membiayai timnas negaranya di setiap laga.
Selain menjadi pemain terbaik dunia, Weah juga pernah dinobatkan sebagai pemain teraik Eropa di tahun yang sama serta pemain terbaik Afrika pada 1989, 1994 dan 1995.
2. George Best (Irlandia Utara)
Pemain terbaik Eropa 1968 ini begitu dipuja oleh publik Old Trafford. Nama Best menjadi simbol kejayaan Manchester United di masa lalu. Dua gelar Premier League dan trofi pertama Liga Champions menjadi sumbangan berharganya.
Seperti namanya ‘Best’, penyerang kelahiran 22 Mei 1946 ini adalah bakat terbaik yang pernah dimiliki Irlandia Utara. Sayang, catatan di lembaran karir pria pecandu alkohol ini tidak dilengkapi guratan sejarah penampilan di putaran final Piala Dunia.
1. Alfredo di Stefano (Argentina, Kolombia, Spanyol)
Mencoba peruntungan di tiga negara berbeda, di Stefano harus pasrah menutup karir tanpa mencatatkan caps Piala Dunia.
sumber : http://www.blogotainmen.com/10-pesepak-bola-ternama-yang-tidak-bermain-di-piala-dunia/
0 Comments:
Post a Comment