Berdasi atau menggunakan setelan resmi saat bekerja di kantor merupakan suatu keharusan bagi setiap diplomat di penjuru dunia. Namun, bagi para diplomat Israel, aturan itu untuk sementara waktu tidak berlaku. Mereka sejak awal pekan ini pergi ke kantor dengan tidak mengenakan setelan, namun justru memakai celana jins dan sendal.
Menurut laman stasiun televisi BBC, Selasa 29 Juni 2010, aksi "ngeyel" itu dilakukan para staf Kementrian Luar Negeri Israel sebagai bentuk protes karena gaji mereka belum naik. Dibandingkan para staf di Kementrian Pertahanan dan badan intelijen yang berdinas di luar negeri, gaji para diplomat Negara Zionis itu, menurut mereka, masih tergolong rendah, bahkan cuma setengahnya.
Keresahan itu sudah berlangsung selama enam bulan. Maka, para diplomat Israel pun mengaku kesabaran mereka sudah habis sehingga memutuskan untuk melakukan langkah ekstrim, caranya dengan berpakaian serampangan. Ada pula yang ogah-ogahan bekerja.
Tidak hanya itu, mereka pun mengancam bakal mempersulit persiapan kunjungan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke Amerika Serikat (AS) pada awal Juli nanti. Menurut sejumlah media lokal, Komite Pegawai Negeri Sipil sudah menginstruksikan para diplomat Israel yang bekerja di Kedutaan Besar di Washington DC untuk tidak mengatur kunjungan Netanyahu.
Padahal, ini merupakan kunjungan penting bagi Netanyahu, mengingat bulan ini dia sempat menunda pertemuannya dengan Presiden AS, Barack Obama. Apa jadinya bila pemimpin negara yang menjadi sekutu dekat Israel itu menjadi tersinggung karena kunjungan Netanyahu lagi-lagi ditunda.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, dikabarkan sudah menjadi "korban" dari aksi mogok para diplomat. Dalam kunjungan ke kantor Kementrian Luar Negeri Israel Senin kemarin, Lavrov diterima oleh Wakil Menteri Luar Negeri Danny Ayalon tanpa melalui upacara seperti biasa. Pasalnya, tidak ada staf yang mau mengatur, termasuk yang biasa menggelar karpet merah untuk tamu penting.
Sementara itu, laman harian Yedioth Ahronoth Selasa 29 Juni 2010 mengungkapkan bahwa para staf Kementrian Luar Negeri akhirnya bersedia untuk membantu mempersiapkan kunjungan Netanyahu ke AS pekan depan. Namun, mereka meminta agar tuntutan tetap diperhatikan.
sumber : vivanews.com
Menurut laman stasiun televisi BBC, Selasa 29 Juni 2010, aksi "ngeyel" itu dilakukan para staf Kementrian Luar Negeri Israel sebagai bentuk protes karena gaji mereka belum naik. Dibandingkan para staf di Kementrian Pertahanan dan badan intelijen yang berdinas di luar negeri, gaji para diplomat Negara Zionis itu, menurut mereka, masih tergolong rendah, bahkan cuma setengahnya.
Keresahan itu sudah berlangsung selama enam bulan. Maka, para diplomat Israel pun mengaku kesabaran mereka sudah habis sehingga memutuskan untuk melakukan langkah ekstrim, caranya dengan berpakaian serampangan. Ada pula yang ogah-ogahan bekerja.
Tidak hanya itu, mereka pun mengancam bakal mempersulit persiapan kunjungan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke Amerika Serikat (AS) pada awal Juli nanti. Menurut sejumlah media lokal, Komite Pegawai Negeri Sipil sudah menginstruksikan para diplomat Israel yang bekerja di Kedutaan Besar di Washington DC untuk tidak mengatur kunjungan Netanyahu.
Padahal, ini merupakan kunjungan penting bagi Netanyahu, mengingat bulan ini dia sempat menunda pertemuannya dengan Presiden AS, Barack Obama. Apa jadinya bila pemimpin negara yang menjadi sekutu dekat Israel itu menjadi tersinggung karena kunjungan Netanyahu lagi-lagi ditunda.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, dikabarkan sudah menjadi "korban" dari aksi mogok para diplomat. Dalam kunjungan ke kantor Kementrian Luar Negeri Israel Senin kemarin, Lavrov diterima oleh Wakil Menteri Luar Negeri Danny Ayalon tanpa melalui upacara seperti biasa. Pasalnya, tidak ada staf yang mau mengatur, termasuk yang biasa menggelar karpet merah untuk tamu penting.
Sementara itu, laman harian Yedioth Ahronoth Selasa 29 Juni 2010 mengungkapkan bahwa para staf Kementrian Luar Negeri akhirnya bersedia untuk membantu mempersiapkan kunjungan Netanyahu ke AS pekan depan. Namun, mereka meminta agar tuntutan tetap diperhatikan.
sumber : vivanews.com
0 Comments:
Post a Comment