PENDAHULUAN
Adalah sangat naif bagi kita seorang muslim apabila ditanya dimanakah ALLAH ?, maka jawabannya tergantung darimana dia mengambil ilmunya atau menjawab berdasarkan purbasangka (kira-kira), umumnya jawaban dari pertanyaan tersebut berkisar ALLAH ada dimana-mana atau ALLAH itu dekat.
Adapun untuk jawaban ALLAH itu dekat maka perlu diperinci lagi maksud dari jawaban itu jika yang dimaksud dzatNYA maka jawaban ini adalah jawaban yang keliru namun jika yang dimaksud ilmuNYA ini adalah jawaban yang tepat.
Jawaban dari pertanyaan diatas tentunya kita kembalikan kepada pembuat syariat (ALLAH) dan hamba ALLAH yang diberikan kenikmatan berupa kerasulan (Muhammad SAW) yang diberi wewenang untuk menyampaikan dan menjelaskan kepada umat beliau, dengan katalain kita merujuk ke kitabullah dan sunnah berdasarkan pemahaman generasi awal umat ini (shahabat) dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik (attaubah:100).
Tulisan ini dikutip dari perkataan seorang ulama salaf yaitu syaikhul islam Abu Isma’il ash-shabuni dalam kitab Aqidatu As-salaf Ashabul Hadist.
PEMBAHASAN
Beliau berkata dalam kitabnya bahwasanya ahli hadist berkeyakinan dan bersaksi bahwa ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berada diatas tujuh lapis langit, diatas ‘Arsy-NYA. Sebagaimana termaktub dalam surah
1. Yunus:3
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah ALLAH yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy .
2. Ar- Rad : 2
ALLAH-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy,
3. Al- Furqan : 59
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy [1071], (Dialah) yang Maha pemurah, Maka Tanyakanlah (tentang ALLAH) kepada yang lebih mengetahui tentang Dia.
[1071] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat ALLAH yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran ALLAH dan keagungan-NYA.
4. As- Sajdah : 4
ALLAH lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara kedua nya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy
5. As- Sajdah : 5
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu[1190]
[1190] Maksud urusan itu naik kepadanya ialah beritanya yang dibawa oleh malaikat.
6. Faathir : 10
…Kepada-NYAlah naik perkataan-perkataan yang baik [1249] dan amal yang saleh diangkat kepada-NYA [1250].
[1249] Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Perkataan yang baik itu ialah kalimat tauhid Yaitu laa ilaa ha illallaah; dan ada pula yang mengatakan zikir kepada ALLAH dan ada pula yang mengatakan semua Perkataan yang baik yang diucapkan karena ALLAH.
[1250] Maksudnya ialah bahwa Perkataan baik dan amal yang baik itu dinaikkan untuk diterima dan diberi-Nya pahala.
7. Al-Mulk : 16
Apakah kamu merasa aman terhadap ALLAH yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?,
8. Thaahaa :5
Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy
Kemudian beliau berkata pula bahwasanya ALLAH Subhanahu wa Ta’ala memberitakan kepada kita tindakan Fir’aun laknatullah ketika ia berkata kepada tangan kanannya si Haman dalam surah Almu’min(40): 36-37
Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhannya Musa dan Sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan Dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.
Adapun motivasi fir’aun terhadap tindakannya ini adalah ia pernah mendengar perkataan Musa bahwasanya ALLAH ada diatas langit. Oleh karena itu orang yang mendustakan bahwasanya ALLAH berada diatas langit maka dia adalah sama dengan fir’aun sebaliknya orang yang meyakini bahwasanya ALLAH berada diatas langit adalah orang yang mengikuti Musa dan Muhammad SAW dan itulah pemahaman para nabi dan rasul seluruhnya.
Kemudian beliau berkatapula bahwa para Ulama umat dan tokoh-tokoh imam dari kalangan salaf tak pernah berselisih pendapat, bahwa ALLAH Azza wa Jalla diatas 'Arsy-NYA, dan sesungguhnya `Arsy-NYA itu ada diatas tujuh lapis langit. Oleh karena itu, mereka menetapkan segala yang ditetapkan ALLAH mengimaninya dan membenarkan ALLAH Azza wa Jalla dalam setiap berita-NYA. Mereka berkata seperti apa yang dikkabarkan ALLAH mengenai bersemayamnya ALLAH diatas 'Arsy-NYA. Mereka membiarkan makna ayat itu berdasarkan dhahirnya. Sementara mereka meyerahkan hakekat yang sesungguhnya kepada ALLAH Subhanahu wa Ta'ala. Mereka berkata: "
Kami beriman pada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Surah ali Imran (3):7).
Kemudian beliau berkata dari Ja’far bin Abdillah berkata bahwa seseorang mendatangi imam Malik dan bertanya padanya tentang firman ALLAH pada surah thaaha: 5
Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy
Bagaimana ALLAH bersemayam di ‘arsyNYA? Maka Ja’far bin Abdillah berkata belum pernah aku melihat beliau (Imam Malik) marah sedemikian rupa seperti marahnya beliau terhadap ucapan orang ini, tubuhnya berkeringat menahan amarah dan orang-orangpun terdiam, mereka menunggu apa yang terjadi. Kemudian setelah keadaan imam Malik kembali normal, maka beliau berkata Istiwa’(bersemayam) dalam bahasa arab adalah maknanya sudah diketahui, mengimaninya wajib, mempertanyakan adalah bid’ah dan beliau berkata pada orang itu aku khawatir kamu berada dalam kesesatan.
Bukti (hujjah) dari perbuatannya manusia kinasih, manusia yang paling tahu tentang ALLAH yaitu Rasullullah beliau selalu menengadahkah wajahnya kelangit ketika beliau berharap agar kiblat dikembalikan ke baitullah di makkah dari baitul maqdis di syam yang peristiwa ini diabadikan oleh ALLAH dalam surah albaqarah:144
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit [96], Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
[96] Maksudnya ialah Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.
Dan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (537), Imam Abu Dawud (930), Annasa’I (1218) dari Mu’awiyah bin Alhakan assulami yang matannya:” aku dahulu memiliki budak wanita yang menggembalakan domba-dombaku di dekat gunung uhud dan Juwaniyah. Suatu hari aku melihat kesana, ternyata seekor srigala menggondol dombaku. Aku sebagai manusia biasa marah pada budak wanitaku sehingga aku menamparnya, setelah itu timbul penyesalan padaku, maka aku adukan persoalan ini pada Rasullullah, Beliau menganggap perbuatanku keterlaluan, maka aku segera bertanya” Wahai rasullullah tidakkah aku bebaskan saja budak itu (sebagai kaffarah perbuatannya menampar si Budak tadi) ?, Beliau menjawab coba bawa dia (budak wanita itu) kemari !, akupun membawanya kepada beliau, lalu beliau bertanya kepadanya “ Dimanakah ALLAH ?” , Budak itu menjawab “ di langit “. Beliau bertanya lagi :” Lalu siapakah saya ? “ lalu budak itu menjawab engkau adalah Rasullullah.
PENUTUP
Demikianlah pembahasan tentang jawaban dari sebuah pertanyaa dimanakah ALLAH, dan dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ALLAH subhanahu wa Ta’ala berada diatas ‘ArsyNYA yang berada diatas langit ke-7, demikianlah tulisan singkat ini semoga ALLAH menjadikannya amal sholih bagi penulis.
source
1 Comment:
salam alaikum..
subhanallah, astagfirullah....
"Mereka membiarkan makna ayat itu berdasarkan dhahirnya. Sementara mereka meyerahkan hakekat yang sesungguhnya kepada ALLAH Subhanahu wa Ta'ala. Mereka berkata: "
Kami beriman pada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Surah ali Imran (3):7)."
kerendahan hati para ulama salafi dengan menerima begitu saja SECARA DHAHIR ayat2 mutasyabihat, tanpa sadar telah "menyesatkan" umat..
*mengenai dalil yang ada pada tulisan ini, kapan2 saya bahas lebih lanjut... (*bukan saya mau unjuk ilmu, tiada ilmuyang saya punya selain dari Allah)
MAHASUCI ALLAH DARI MENGAMBIL TEMPAT..bukankah salah satu sifat Allah itu QIYAMUHU BI NAFSIHI (berdiri dengan sendiri-Nya)??
sudilah kiranya sobat membandingkan pendapat ulama salaf dengan pendapat ulama tauhid soal DI MANA TUHAN.
http://muxlimo.blogspot.com/2010/08/salaam-sering-dalam-kehidupan-sehari.html
http://muxlimo.blogspot.com/2010/04/aku-bisa-melihat-tuhan-sekarang-juga.html
(*tulisan di situ memang dari saya pribadi, tetapi pengetahuannya dari para ulama tauhid)
wassalaam alaikum sobat :)
Post a Comment